Sekarang
aku sudah masuk di tahun ketiga. Dramaturgiland dan Comicland 2 buah keluarga
yang sangat kucintai. “Ngurus surat pelatihan ya Bun?” tanya seorang pegawai.
“Iya nih, Alhamdulillah.” Jawabku santai. “Ngebut nih ya, biar cepet bikin
film.” Ledeknya. “Biasa aja kok. Duluan ya.”
Secarik
percakapan di Dramaturgiland, karena aku sudah tahun ketiga di rumah produksi
ini maka aku sudah bisa ikut pelatihan khusus pengurus tahun ketiga untuk bisa
membuat projek film sendiri. “Bun, jadi ngambil pelatihan tahun ini?” tiba-tiba
april sudah jalan aja di sampingku. “Iya nih, udah daftar yang di Jakarta.”
Jawabku. “Widiiiuuu jauh aja, kenapa gak yang di bandung? Kan kantor kita di
Bandung. Biar bisa pulang balik ngurus projek film gue.”
“Enggak deh Pril, aku di Jakarta aja, biar
ganti suasana.”
“Lo ngambil yang berapa lama Bun?”
“Sebulan aja, kan ada paket 1 bulan kalo
pengurus di comicland.”
“Oh iya gue lupa kalo lo juga di comicland ya
sekarang. Cieeeh beda deh kalo di induk sama anak disikat semua. Yaudah gue mau
ke lapangan dulu nih, ngecek anak-anak.”
“Daaa April.”
“Daaa Bun.”
****
Aku sedang terdiam di ruanganku,
tiba-tiba.
“Khaira.”
“Iya Pak Andika.”
“Ini undangan nikahan mbak
Ajeng, kamu pegang dulu aja ya. Ini ada buat Pak Faiz juga.”
“Oke., bapak kapan nih nyusul?
Heheheee.” Aku mulai meledek.
“Kapan yaa, hehee saya keluar
dulu ya.”
Jadi terdiam, dengar soal kata
pernikahan. Aku melihat undangan ini seperti, aku tidak ingin melihatnya. Apa
itu pernikahan, tempat kita bertemu? Kapan rasanya masih lama, 3 tahun itu kan
lama. Kalau umurnya sampai, sempat aku bisa menikmati jeripayah hasil filmku
sendiri, sempat aku melatih sutradara junior berulang kali, entahlah.
****
10 hari kemudian.
Mobil, berderet mobil semua
isinya di sini. Aku sudah tiba di hari ke 10, setiap hari selalu lewati
parkiran dan melihat mobil yang berjejer rapi. Oh, kapan aku bisa memilikinya?
Mengapa melihat mobil di tempat pelatihan ini jadi galau sendiri?
“Duhhh itu motor nyelip aja, gak tau apa dia, dia tuh
bawa anak kecil.” Ujarnya sambil marah-marah di dalam mobil saat itu.
“Mih, udah tau kabar terbaru si Irsal belom?”
“Kenapa lagi dia?”
“Itu, dia minggu depan mau nikah. Masih kecil gitu kok
udah mau nikah aja, cepat sekali.”
Aku hanya bisa mendengarnya dari jauh, sangat jauh. Mas
irsal kan umurnya 24 tahun, masa mudah sih? -,-
“Bunga, kok belum pulang? Nunggu
pacarnya yaaa?” aku pun terkaget dari lamunanku.
“Mbak Fina, enggak kok. Saya
udah mau pulang nih. Hehehe.”
Mikir apa sih aku, semenjak liat
teman-teman pada bermobil jadi ingat sama dia. Dia yang selalu kudoakan akan
hidup di dunia dan kami akan bertemu mungkin 3 tahun lagi, dia yang aku tak
tahu itu siapa. Kemudian aku membuka ponselku, iseng melihat recent update di
bbm. Lalu mataku tertarik pada satu foto. “bagus banget.”
“Ini dijual mas?”
aku kirim pesan via bbm ke temanku yang bernama Mas Kinno. Tak lama kemudian
pun dia membalas bbmku. “Iya Bunga. Kan mas baru buka butik sekarang. Kamu
belum mas ceritain yaaa.”
“Wah iya mas?
Sekarang udah punya butik sendiri? “
“Iyaaa,”
Kemudian setelah beberapa kali
berbalas BBM, kami ahirnya memutuskan untuk bertemu di butik barunya mas kinno.
****
Setelah beberapa
menit menuju Echo Butik. Aku ahirnya sampai di sebuah tempat, terlihat seperti
toko dengan pintu warna coklat minimalis. Aku pun masuk ke dalam, kemudian aku
meenengok kanan dan kiri, di sini sepi sekali. Tapi tatanan ruangannya bagus,
jadi aku gak takut sendirian di sini. Di ujung kuliaht sesosok pria tinggi
semampai sedang memainkan ponselnya, itu pasti mas kinno. “Mas Kinno.”
“Bunga, cepet
banget. Gak macet jalan ke sini?”
“Enggak kok, kan
masih agak siang. Waaah butiknya bagus banget. Kapan launching, kok aku gak
diundang?”
“Ini belum
launching kok Bunga,makanya kan di depan masih biasa banget gak keliatan kayak
butik kan karena emang belum sepenuhnya buka. Kan belum launching juga.”
“Ohh gitu, kirain
gak ngundang-ngundang.”
“Enggak laah, nanti
launchingnya tanggal 31, kamu dateng yaaa. Oia duduk yuk duduk, kasian
berdiri.” Ujarnya mempersilakanku untuk duduk. Di sini nyaman sekali, suhu ac
nya pas, ruangannya juga wangi, ya namanya juga butik -,-
“Kamu sekarang
sibuk apa Bun?”
“Sekarang aku udah
ikut pelatihan tingkat 3 mas.”
“Waah selamat ya,
bentar lagi bikin film sendiri dong.”
“Iya mas kinno,
doain yaaa.”
Lama aku berbincang
di butik barunya mas kinno, tak terasa jam sudah menunjukan pukul 5 sore. Sudah
saatnya pulang.
“Mas anter ya.”
Katanya, dan aku hanya tersenyum.
****
“Sampeee deeh.”
“Makasih Mas
Kinno.”
“Oia besok ke
tempat pelatihan lagi kan. Ada jadwal kan ya?”
“Iya, jum’at aku
masih ada jadwal. Kenapa?”
“nanti bareng aja
lagi.” Lalu akupun hanya terdiam mendengar ajakan dari mas kinno. Bareng?
Mustahil. Tapi yasudahlah dibicarakan nanti.
“Nanti aku kabari
ya mas kinno, daaa.”
Aku pun membuka pagar
dan msuk rumah,dan ternyata di sana sudah disuguhi suasana kurang asik dari
mami dan adikku. Kembali lagi dia tidak mau makan nasi, maunya makan mi aja.
Jadi deh ribut begini.
“Enggak, gak suka
nasi. Apa tuh nasi, gak enak.”
“Mami gak suka kamu
tu, berontak terus, kenapa sih, lagi puber ya peralihan gitu menuju remaja,
tapi gak makan mi terus juga kali kamu, gak mau makan nasi segala sok-sok an
banget kamu.” Ujar mami dengan nada yang tinggi.
“jangan suruh-suruh
aku makan nasi.”
“kamu tuh punya
penyakit maag, gak sayang sama diri sendiri ya.”
Sampai aku ke dalam
kamar pun suara itu masih terdengar, lalu aku hanya bisa terdiam.
***
Huru hara tentang
adikku yang selalu saja bikin ulah masih berlanjut dan tidak berhenti begitu
saja, keributan demi keributan tidur saja aku jadi susah. “Cepet dong siapnya,
itu udah ditungguin supir.”
“Eummm mi, aku
berangkat sama mas kinno aja ya.”
“kinno? Siapa? Yang
dulu jualan baju itu?”
“Iya, mas kinno
juga tempat tujuannya searah sama tempat pelatihan aku. Aku bareng mas kinno
aja ya.”
“Enggak deh jangan,
udah sana mas parman udah nungguin tuh. Agian apa urusannya lagi kinno ke
sini.”
“Yaudah aku batalin
dulu ya, biar dia gak keburu jalan.”
“Ya lagian emang
kinno mau dateng jam berapa ke sini. Udah sama supir aja, kan ada.”
Diam adalah pilihan
yang terbaik.
****
3 hari kemudian
“April......”
“Bungaaaa. Duh lo kenapa sih,
kok lemes. Ayo dong semangat kan duah di bandung lagi, katanya rindu bandung.”
“Salah gak sih pril kalo gue
jadi mau nikah? Gara-gara ngambil pelatihan?”
“Lo mau nikah? Waaaa gak kok gak
salah, by the way, tumben.”
“Sebenernya bukannya mau nikah
juga sih. Cuma karena keadaan di jakarta ternyata gak stabil aja. “
“Duduk yuk bun, kita cerita.”
Ajak april duduk di bangku atas kantor.
“Udah enak? Tanya April pada
ku.”
“Iya” dan aku hanya menjawab
singkat.
“Kenapa sih bun?”
“Pril, setiap hari gue liatin
temen-temen di tempat pelatihan tu semua bawa mobil, semua rapi, dan mayoritas
dari mereka laki-laki. Pril ya gue galau aja, kan mereka semua kayak calon-calon
yang ortu gue inginkan, jadinya kangen sama dia.”
“Ya gue ngerti kok. Terus?”
“Adek gue makin bandel aja, dan
nyokap selalu aja marah-marah. Dia bandel sama kayak gue dulu. Dan dengan
didikan yang sama gue pergi kan, ya gue gak mau aja adek gue kayak gue, terlalu
lama berproses. Adek aku tu berontak ters, dan jadinya malah kangen sama si
kecil. Dan ditambah lagi, eummm kamu ingat sama mas kinno, yang pernah aku
ceritain.”
“Kinno yang jualan baju?”
“Iya.”
“Kenapa dia emang Bun?”
“Dia tu kan baru ketemu gue,
terus ya kita emang jadi sering ketemu aja, karena gue suka sama baju-baju dia,
apalagi sekarang dia punya butik baru kan. Terus gue sih nebaknya. Nyokap ngira
gue deket sama dia, dan mau sama dia. Padahal kan aku emang dari dulu juga udah
deket sama mas kinno. “
“Terus, apa solusinya dengan
menikah?”
“Ya bukan nikah sih, aku Cuma
mau mereka percaya kalau aku mau ikutin segala sesuatunya, toh juga masih
bener-bener aja kan. 3 tahun lagi, 5 tahun lagi ya asal mereka bahagia pril,
jadi aku berhubungan sama siapa aja tuh gak mempengaruhi kalau akan mempercepat
tergetan hal itu. Terus untuk adik aku, aku pun gak bisa lakuin apa-apa, ya
jadi kangen aja sama anak ku. Yang selalu aku doakan akan aku lahirkan di
bumi.”
“Bungaaaa, kamu galau maksimal
banget sih. “
“Jarang ya gue galau nikah
hahahahaaa....”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar