Jumat, 23 Agustus 2013

Tentang Langit 1



Tentang Langit
tukang lampu istana

Tentang langit aku pernah bertanya, “kamu paham kenapa semua jadi begini?” kemudian ia menjawabnya dengan “iya, mereka masih butuh belajar tapi aku pun juga butuh belajar.” Banyak sekali tentang tentang langit yang ada antara kita, baik kita berdua, bertiga atau berempat, tidak pernah banyak orang. Karena hanya sedikit orang yang bisa menembus tingginya langit biru. Bukan berarti kami paling suci. Tapi hanya saja kami berani membiarkan dia melayang tinggi sekali sangat tinggi sampai menembus langit. Makanya aku namai tulisan ini tentang langit.

***
Tentang langit kami pernah berbincang entah ketika kapan? Saat itu sepertinya random. Ada kau, aku, rekan 1, rekan 2, pembantu bintang, pendaki bulan dan banyak lagi aku lupa. Karena di sini hanya ingin mengingat-ingat apa yang tentang langit bahas. Tentang langit, suatu ketika kau pernah berkata dengan candamu yang mengerutkan kulit-kulit di sekitar wajahmu dan aku mengenalnya. “sudahlah, rasanya bosan menggunakan masing-masing obor untuk menyalakan setiap ruangan yang ada. Mati satu yang lainnya gelap, kemudian terang. Mengapa tidak kita jadikan lampu saja.” Aku hanya tersenyum mendengar kata lampu.
“Lampu. Bisa saja kamu. Aku masih ingin menikmati keindahan redup hilang obor istana ini.”

“Yaa nanti lah, coba kamu bilang kepada tukan sapu yang lain.”
Aku hanya bisa tersenyum membaca semua rangkaian kata langit. Kata-kata langit selalu indah, sangat indah.
Kemudian di kesempatan lain, mungkin ia berniat untuk meneruskan jejak kata langitnya, kali ini ia akan mengatakannya dengan langsung. Aku bisa melihat matanya yang bersinar atau pipinya yang mulai terbentuk dari tulang-tulangnya.
 “kalau aku ubah lampu-lampu ini tidak berpesta sesama cahaya untuk membuat kembang api. Pasti lampu-lampu itu akan sangat kelelahan.”
“Oia kenapa?” aku memang selalu tertarik dengan pembicaraan langit.
“Soalnya lampu-lampu itu akan menerangi semua ruangan yang ada di istana. Dengan cahayanya masing-masing dengan kekuatannya masing-masing. Aku yakin.”
Pembicaraan tentang langit memang tak pernah lepas dari keyakinan dan semangat. Walaupun kadang kami atau aku atau dia atau mereka lupa akan pembicaraan langit kami yang sangat indah. Kami sering ketiduran di atas permadani yang begitu hangat, sehingga kami turun kembali ke bumi dan menghadapi seribu kenyataan yang ada.
Tentang langit dan semua lampu yang menerangi aku tak pernah berpikir sejauh ini. Yaaaa, setelah beberapa bulan semenjak dia berkata tentang lampu-lampu mustahil itu aku baru berpikir makanya aku buat tulisan ini, kemudian tentang langit kulanjutkan tanpa dirinya.
“iya tuanku, lampu-lampu yang menerangi 12 sudut yang ada dalam istana pasti akan sangat indah. Walaupun semua sudut sudah memiliki lampunya masing-masing, namun satu sudut khusus menjadi sumbu, kenapa tidak untuk berbagi sumbu ke sudut ruangan yang lain?”
Itu jawaban awalku, namun hati lain berbisik, maka aku menjawab.
“tentang langit, langit selalu memancarkan cahayanya asal kita mau. Lampu-lampu itu berasal dari cahaya langit. Tuan, asalkan stiap sudut ruangan mengerti, atapnya mungkin dikroakan sedikit untuk pemasangan lampu baru, mengganggu kekokohan dinding untuk terpasang satu lampu, begitu juga dengan dinding ruangan yang lainnya, butuh penyeseuaian atas semua itu. Dan kuncinya adalah pengabdian ruangan istana kepada hakikatnya menjadi ruangan, kerlingan lampu hanyalah sebagian kecil dari trik yang berbeda agar istana ini menjadi terang terlihat sampai ke langit yang sesungguhnya.”
***
“if your dept didn’t have a programme. Believe me, your dept will be a very busy dept here.”
“now, i understand about that. And i wanna realize it next year. Just kidding, eummm but you know me so well. Sometimes i get crazy for my opinion and action.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar