Tentang Langit
tukang lampu istana
Tentang langit aku pernah bertanya, “kamu paham kenapa semua
jadi begini?” kemudian ia menjawabnya dengan “iya, mereka masih butuh belajar
tapi aku pun juga butuh belajar.” Banyak sekali tentang tentang langit yang ada
antara kita, baik kita berdua, bertiga atau berempat, tidak pernah banyak
orang. Karena hanya sedikit orang yang bisa menembus tingginya langit biru.
Bukan berarti kami paling suci. Tapi hanya saja kami berani membiarkan dia
melayang tinggi sekali sangat tinggi sampai menembus langit. Makanya aku namai
tulisan ini tentang langit.
***
Tentang langit
kami pernah berbincang entah ketika kapan? Saat itu sepertinya random. Ada kau,
aku, rekan 1, rekan 2, pembantu bintang, pendaki bulan dan banyak lagi aku
lupa. Karena di sini hanya ingin mengingat-ingat apa yang tentang langit bahas.
Tentang langit, suatu ketika kau pernah berkata dengan candamu yang mengerutkan
kulit-kulit di sekitar wajahmu dan aku mengenalnya. “sudahlah, rasanya bosan
menggunakan masing-masing obor untuk menyalakan setiap ruangan yang ada. Mati
satu yang lainnya gelap, kemudian terang. Mengapa tidak kita jadikan lampu
saja.” Aku hanya tersenyum mendengar kata lampu.
“Lampu. Bisa
saja kamu. Aku masih ingin menikmati keindahan redup hilang obor istana ini.”
“Yaa nanti lah,
coba kamu bilang kepada tukan sapu yang lain.”
Aku hanya bisa
tersenyum membaca semua rangkaian kata langit. Kata-kata langit selalu indah,
sangat indah.
Kemudian di
kesempatan lain, mungkin ia berniat untuk meneruskan jejak kata langitnya, kali
ini ia akan mengatakannya dengan langsung. Aku bisa melihat matanya yang
bersinar atau pipinya yang mulai terbentuk dari tulang-tulangnya.
“kalau aku ubah lampu-lampu ini tidak berpesta
sesama cahaya untuk membuat kembang api. Pasti lampu-lampu itu akan sangat
kelelahan.”
“Oia kenapa?”
aku memang selalu tertarik dengan pembicaraan langit.
“Soalnya
lampu-lampu itu akan menerangi semua ruangan yang ada di istana. Dengan
cahayanya masing-masing dengan kekuatannya masing-masing. Aku yakin.”
Pembicaraan
tentang langit memang tak pernah lepas dari keyakinan dan semangat. Walaupun
kadang kami atau aku atau dia atau mereka lupa akan pembicaraan langit kami
yang sangat indah. Kami sering ketiduran di atas permadani yang begitu hangat,
sehingga kami turun kembali ke bumi dan menghadapi seribu kenyataan yang ada.
Tentang langit
dan semua lampu yang menerangi aku tak pernah berpikir sejauh ini. Yaaaa,
setelah beberapa bulan semenjak dia berkata tentang lampu-lampu mustahil itu
aku baru berpikir makanya aku buat tulisan ini, kemudian tentang langit
kulanjutkan tanpa dirinya.
“iya tuanku,
lampu-lampu yang menerangi 12 sudut yang ada dalam istana pasti akan sangat
indah. Walaupun semua sudut sudah memiliki lampunya masing-masing, namun satu
sudut khusus menjadi sumbu, kenapa tidak untuk berbagi sumbu ke sudut ruangan
yang lain?”
Itu jawaban
awalku, namun hati lain berbisik, maka aku menjawab.
“tentang langit,
langit selalu memancarkan cahayanya asal kita mau. Lampu-lampu itu berasal dari
cahaya langit. Tuan, asalkan stiap sudut ruangan mengerti, atapnya mungkin
dikroakan sedikit untuk pemasangan lampu baru, mengganggu kekokohan dinding
untuk terpasang satu lampu, begitu juga dengan dinding ruangan yang lainnya,
butuh penyeseuaian atas semua itu. Dan kuncinya adalah pengabdian ruangan
istana kepada hakikatnya menjadi ruangan, kerlingan lampu hanyalah sebagian
kecil dari trik yang berbeda agar istana ini menjadi terang terlihat sampai ke
langit yang sesungguhnya.”
***
“if
your dept didn’t have a programme. Believe me, your dept will be a very busy
dept here.”
“now, i
understand about that. And i wanna realize it next year. Just kidding, eummm
but you know me so well. Sometimes i get crazy for my opinion and action.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar