Minggu, 29 September 2013

Astronaut in Summer Paradise

            Pagi ini aku sibuk membolak-balik kalender, menghitung hari demi hari menjelang promo film “Kambing Mak Ijah”. Dramatrgiland kali ini kembali mendapat kepercayaan untuk membuat sequel film “Sapiku Lebih Sopan”, namun tahun ini sequel filmnya berganti judul yakni “Kambing Mak Ijah”. Ya kami memang sengaja memanfaatkan momen idul adha yang sebentar lagi akan terlaksana. “Mmmm rilis tanggal segini, terus gimana kalau, aduhhhh,zzzztt” aku bergumam taka da juntrungannya, kemudian aku mencoba menghubungi produser utama “Sapiku Lebih Sopan” ya saiap lagi kalau bukan Pak Andika.
“Halo pak.” Aku berkata dengan lemas.
“Iya Khaira.” Haaah di saat mau hopeless gini Pak Andikanya juga lemes.
“Pak saya mau nanya sesuatu tentang KMI.” KMI ini singkatang dari Kambing Mak Ijah yaah biar simple gitu deh.
“KMI? Ya gimana? Itu mall yang mau kita jadiin tempat presscon udah pada ditag belum, atau yang kemarin kita hubungi kerja sama udah ada feedback belum?”
“Nah itu dia pak yangmau saya tanyain ke apak, jadi gini……..”
            Maka aku dan Pak Andika berbicara panjang lebar di telpon mengenai film KMI ini, aku menceritakan semua kesulitan-kesulitan yang kualami selama produksi film ini. Film bernuansa kurban komedi seperti ini memang laris dari dramaturgiland setiap tahunnya, dan tahun ini giliranku yang menjadi sutradara dalam film ini, ternyata menjadi sutradara juga ikut merasakan pusingnya kalau promosi belum jalan dengan mulus, meski bukan tugasku entah mengapa, mungkin aku begitu masih mencintai dramaturgiland ini.
“Nah sudah mengerti ya, jadi kamu langsung tag aja mall nya, dan iklannya langsung aja, pokoknya buat promosi gak usah nunggu hal-hal kecil macam kayak yang tadi kamu bilang lah, promosi itu penting Ra.” Ujar Pak Andika dengan nadanya yang seperti biasa, terkesan menggurui, sok pintar, huhhh ya tapi Pak Andika memang pintar, sudahlah.
“Iya pak terimakasih atas arahannya ya pak, saya mengerti.”
“Ya yaudah, semangat ya Khaira Bunga.”
“Terima kasih pak, saya gak tau lagi kalau gak ada bapak hahahaha.”
“Ahhh kamu nih.”
****
            Siang itu tanpa babibu aku langsung menuju tempat-tempat yang memang harus kukunjungi saat itu untuk mengurus promosi dan iklan film KMI. Namun kendala yang mungkin agak besar muncul dari arah sini, “Ohhh biayanya segitu ya pak? Itu memang sudah sama event organizer dan percetakan, kaos dan segala macam ya pak?” tanyaku mulai melemas mendengar nominal yang agak bombastis. “Ya begitu mbak Bunga, gimana mbak? Itu sudah harga persahabatan kita sama dramaturgiland loh mbak, kan sering juga di sini. Comicland juga sering di sini kok mbak.” Aku hanya bengong mendengar kalimat persuasifnya itu. “Saya mau nelpon dulu ya mas, tunggu bentar.”
            Bagaimana ini, mana dari kemarin orang divisi keuangan suah banget dihubungi, staffnya pada gak ada di kantor, kepala divisnya juga lagi keluar kota, sakit sakit aku mulai panik dengan semua ini. Parahnya lagi aku menelepon ruangan kantor, kadiv juga gak pada ada yang angkat. Aku terus mencoba menghubungi mereka semua, April, Mbak Mutiara, kalau perlu Mas Maman juga deh kan kemarin dia sempet ngurusin keuangan di konser Nuggie.
“Halo, April.”
“Ya kenapa Bun?”
“Pril, kemarin kan dana Konser Nuggie surplus ya, itu kamu udah serahin ke keuangan belum? Soalnya aku butuh nih buat KMI, kamu bisa transfer atau gimana lah caranya??”

“Waaah maaf banget Bunga, aku juga belum liat lagi di rekening uangnya berapa, aku Tanya Mbak Mutiara juga belum dibales ini.”
“Ya sama Pril, aku juga udah nelpon Mbak Mut juga gak ada yang angkat, oke deh makasih ya Pril.

Can anybody hear me? Or am I talking to myself? My mind is running empty In the search for someone else. Who doesn't look right through me. It's all just static in my head. Can anybody tell me why I'm lonely like a satellite?

            Kalau sudah begini, aku harus kemana lagi. Divisi keuangan mengapa seperti ini? Ada apa sebenarnya. Aku merasa sangat sendirian saat itu, selain karena memang aku seorang diri dan mereka seakan tak memiliki Film KMI ini, ya mungkin hanya perasaan bobrokku saja.
“Halo Mas Maman.”
“Iya ini siapa ya??”
“Ini Bunga mas, Bunga divisi film.”
“Ohhh mbak Bunga, ada apa mbak?”
“Mas mau mau nanya, kemarin uang konser Nuggie sisanya ada dimana ya? Apa udah dikasih ke keuangan? Soalnya bunga mau ngurus buat iklan KMI nih.”
“Memangnya Konser Nuggie surplus ya mbak Bun?”
            Aku hanya terdiam dan langsung menutup telponku  dengan Maman. Lalu mau kemana lagi aku harus mencari dana sebanyak itu, untuk film sebesar ini, kemana mereka? Kamtor macam apa ini? Keuangannya aneh, dana tidak tahu ada dimana, dan di sini aku hanya sendirian, seperti tidak akan ada film KMI, apakah mereka sadar ahhh entahlah rasanya ingin pergi saja.
            Setelah beberapa menit terdiam, aku terpikir sesuatu dan langsung melakukannya.
“Halo Mbak Mei, mau nanya boleh?”
“Iya Mbak Bunga mau nanya apa ?”
“itu loh uang Konser Nuggie udah sampe ke divisi keuangan belum sih?”
“waah kalau keuangan Mei gak tau sama sekali Mbak Bunga, maaf banget ya mbak.”

Cause tonight I'm feeling like an astronaut, Sending SOS from this tiny box, And I lost all signal when I lifted up, Now I'm stuck out here and the world forgot, Can I please come down? (come down),'Cause I'm tired of drifting around and round (and round), Can I please come down?

            Lengkap sudah perasaan kesendirian ini, kemudian dari mana aku bisa mengumpulkan uang sebanyak itu ya. Perusahaan macam ini? Dengan keadaan yang seperti ini aku tak mungkin hanya berpangku tangan, menunggu keuangan yang sangat lama, aku tak bisa. Mungkin waktuku untuk menelepon sana sini sudah sangat terlalu lama, mereka di dalam ruang meeting menungguku pasti. Ya aku harus masuk dan memtuskan semuanya dengan hal yang paling aku anggap bijak dan pas.
“Nah gimana nih Mbak Bunga?”
“Uangnya bisa transfer nanti malam kan ya?”
“Iya tapai kalau bisa jangan lewat dari jam 7 soalnya mau langsung dikerjain mbak projeknya begitu.”
“Tenang aja, ya sudah kalau begitu, terimakasih ya pak, senang bekerja dengan bapak.”
***
            Malam itu penuh duka, angkara murka, sedih , senang, kecewa, semua menjadi satu. Aku tak tahu apa yang aku lakukan ini benar atau tidak, bijak atau tidak. Jika mereka dengar semua ini apakah mereka bisa terima keputusanku yang sangat aneh ini? Sungguh dari kejadian dan kenekatan yang aku ambil ini aku jadi menyadari bahwa masih ada cinta antara aku dan dramaturgiland, masih ada cintaku untuk mereka, masih ada cintaku untuk perfilman melalui perusahaan entah berantah ini, ternyata aku masih mencintai dramaturgiland lebih dari yang aku kira. Mungkin beberapa waktu lalu aku bisa tertawa lepas dan bekerja dengan sangat bahagia di comicland, tapi apa? Dunia tak bisa berbohong dengan saksi hidupnya, aku mau melakukan semua ini, dan aku tak mengerti dengan apa yang kulakukan ini.
“Bunga ini uangnya.”
“Abimanyu makasih banyak ya, aku gak tahu harus bilang apa. Ini berguna banget mas buat aku, makasih udah nolong aku.”
“Sama-sama Bunga, oh ya kamu besok dating ke seminar kan?”
“Seminar ya?”
“Iyaaa, kamu gak lupa kan Bun, besok kan ada seminar film horror, hiiii hakikat film horror sebenarnya. Aku jadi moderator, Bunga.”
“Oh yaaa jadinya kamu yang jadi moderator, kamu sesi yang mana?”
“Yang sama Ustadz, Ustadz Hizzatullah kan beliau sering nongol di film.”
“Wah kamu hebat banget, beruntung banget kamu bisa jadi moderator mas.”
“Biasa aja Bunga, kamu jadi ikut kan? Atau kamu jadi ke bali besok?
            Aku langsung terdiam mendengar pertanyaan Abimanyu yang satu itu. Berat rasanya untuk memilih, apakah aku harus ke Bali bersama Dramaturgiland untuk sesi liburan mendadak atau aku harus mendatangi seminar di Comicland. Aku hanya bisa terdiam, menyusun jawaban pun aku sungguh tak punya jawaban.
“Bunga hei, kok bengong sih? Kamu sakit ya? Lemes banget, minum dulu nih.”
“Aku emang udah lemes gini mas, gak bisa diapa-apain lagi.” Sungguh bagian ini rasanya aku ingin menangis, di satu sisi aku sangat menghargai Abimanyu karena dia secara tidak langsung ikut membantu dalam proses promosi film KMI, di sisi lain aku juga tak mau kehilangan  momen bersama staff Dramaturgiland lainnya, karena dengan kenekatanku ini, aku semakin menggila untuk mencintai mereka, entah perasaan apa yang aku miliki saat ini.
“Bunga, minum dulu ini jusnya, tenang aku yang bayar kok.”
“Mas Abimanyu makasih banyak ya, ini pasti besar banget buat mas, insya Allah hari senin aku langsung transfer ke mas lagi, aku Cuma butuh mala mini, semoga besok aku udah bisa ngumpulin uangnya ya.”
“Santai Bunga, aku gak keburu-buru kok, pas udah ada aja baru kamu ganti.”
“Iya mas.”
“Kamu itu ke Bali tiketnya udah ada ya?”
“Iya mas, langsung otomatis ada, ya Dramaturgiland begitu.”
“Ohhh enak ya, beda sama Gong Show.”
“Gong Show juga keren kok mas.”
            Abimanyu adalah pria yang baik, sabar dan dia juga ada saat aku butuh. Walaupun abimanyu gak tergabung di Comicland atau Dramaturgiland, aku sudah sangat sering meminta bantuannya berkaitan dengan perusahaan ini. Abimanyu, sedikit banyak kamu telah membantu aku, di saat mereka mungkin gak pernah denger apa yang aku teriakan selama ini, di saat mereka meninggalkan aku sendiri, dan aku masih sibuk mencintai mereka. Mungkin saat ini pikiranku sedang kalut, aku tak sadar aku bicara apa, semua seakan menjauh dari KMI. Tidak seperti Konser Nuggie kemarin atau rangkaian apapun yang dibuat oleh divisi music, aku tak mengerti. Mungkin music memang lebih menarik buat mereka, dan sosok April yang keibuan membuat semua staff bisa lengket sama dia. Sungguh ini semua salahku, kalau memang mereka lupa dengan KMI, atau mungkin mereka tidak sadar betapa besar KMI ini, itu semua salahku.

So tonight I'm calling all astronauts, All the lonely people that the world forgot, If you hear my voice come pick me up, Are you out there?, 'Cause you're all I've got!

***
“April kayaknya besok aku gak jadi ikut ke Bali deh. Aku di sini aja, nemenin Abimanyu mau jadi moderator.”
“Yaaah kok gitu, gak asik. Abimanyu kan udah gede masa kamu temenin.”
“Ya gak apa-apa lagi pula selama divisi keuangan diam dan sulit dihubungi, aku gak ada dana untuk kehidupan di Bali, kehidupan berlibut pula.”
“Yaaah Bunga, nebeng bareng gue aja, kita di Bali cuma 2 hari lagi, bisa laaah. Yuk besok itu yaaa.”
“Emang gak ngerepotin kalau gue liburan tapi nebeng?”
“Bungaaa bungaaa lo kenal gue udah berapa lama sih, paling cuma 2 atau 3 juta kan.”
“Yaaa segitu deh.”
“Ya udah, besok sampe ketemu di kantor ya, kita naik semobil aja pas ke bandaranya oke?”
“Yaaaa (mungkin)
            Walaupun sudah dijamin kehidupan berlibur di sana, entah mengapa aku masih merasa tidak enak. Dalam keadaan yang mendadak jatuh miskin, masa aku harus seneng-seneng, tapi kembali lagi aku harus memilih. Abimanyu dan Comicland memang tak bisa aku lupakan, Abimanyu begitu berjasa dan Comicland begitu berharga, namun yang jauh lebih aku cintai adalah Dramaturgiland, dan aku baru ingat Pak Andika kan seharusnya ada di seminar yang moderatornya Abimanyu, kira-kira dia pilih yang mana ya?
***
‘KRIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINGGGGGGGGGGGGGG’
            Suara telpon itu membangunkanku, aku baru sadar seharusnya aku sekarang kan pergi, ke kantor, bisa-bisa ketinggalan mobil buat ke bandara.
“Haloooo Pril, ada apa? Sssttt gue kesiangan ini.”
“Kabar buruk, masa mobil yang buat nganterin kita ke bandara dipake lah yaaa sama anak-anak media, dan satunya lagi mogok di tengah jalan. Kita sekarang di Menteng, mau cegat bis umum, oh mayyyyyy kita bakal naik bis umum gitu loh, ceperan lo ke Menteng aja yaaa, jangan ke kantor.”
“Yaaah ongkos lagi dong kalo gitu.”
“Yaudah kesini dulu aja Bunga ayo cepet.”
***
            Aku melihat Mas Maman, Mas Deni dan Mas Anto sedang bergerombol di belakang bis, di sana juga ada Pak Andika. Aku melihat bis yang akan aku naiki, aduh rasanya males banget kalau harus naik kendaraan umum. “Ayooo Bunga lari kamu.” Ujar Mas Anto. Lari? Kenapa harus lari, aku yang masih setengah nyawa gini disuruh lari. Aku melihat Yulia turun bus dan mengajakku segera ke sana. Bus nya aja masih berhenti, santai kali. “Pak Andika kok di sini? Gak ke seminar?” tanyaku dengan santai, tanpa kusadari bis yang kukira berhenti itu ternyata jalan pelan-pelan kemudian Yulia naik kembali ke dalam bis. Lelaki-lelaki itu bersorai, “Yaaah tukan ditinggalin” dan tepat di depan mataku kulihat bi situ bergerak maju dan benar-benar meninggalkanku.

Now I lie awake and scream in a zero gravity, And it's starting to weigh down on me.
Let's abort this mission now,Can I please come down?

            Jadi mereka seperti itu, walaupun aku ngantuk aku bisa melihat mana wajah bercanda dan serius, mengapa mereka memberitahuku seperti bercanda. Dan bi situ pun sudah jauh. Apa maksudnya? Jadi setelah kepelikan divisi keuangan yang tak bisa dihubungi sama sekali, kemudian mereka seakan ogah-ogahan ngurusin film KMI, mereka kayak gak antusias, terus aku berhak ditinggalin kayak gitu. “Ayo nyebarng ke sana Bunga, kita masih bisa naik bisnya dari sana.” Ajak Pak Andika lalu kami berjalan dengan yang lainnya.
            Aku tidak masalah jalan dengan genk laki-laki di kantor ini, tapi yang aku permasalahkan adalah haruskah aku jalan sama mereka karena aku ditinggal teman-teman yang aku sayangi sendiri? Kenapa Yulia gak turun aja atau gak usah naik lagi, kalau memang ada jalan pintas untuk naik bis yang sama, kenapa? Kalau mau ditanya sekarang rasanya aku mau naik taksi aja dan menyusul Abimanyu ke tempat seminar. “Kamu jadinya gak ikut seminar Bunga?” Tanya Pak Andika, “Enggak tahu pak, pokoknya kalau bi situ penuh saya mendingan turun aja, di seminar saya masih dibutuhkan kok.”
            Tak lama kemudian bi situ pun datang, terlihat dari kaca luar bangkunya sudah full, aku naik dan ternyata benar, aku tak dapat duduk. Rasanya mau turun dan menyusul Abimanyu, gak seharusnya aku ada di sini untuk mereka yang mungkin gak peduli lagi sama aku, kenapa aku ada di sini untuk mereka yang sebenarnya gak ada buat aku, kenapa aku harus meninggalkan Abimanyu dan seminar itu padahal mereka mungkin lebih membutuhkan aku, dan Abimanyu yang nolongin aku saat aku butuh, bukan mereka yang ninggalin aku dan bisa ketawa-ketawa di saat aku berdiri sendirian. Terlalu banyak berpikir aku tak bisa turun dan aku benar-benar berdiri, rasanya seperti menjilat ludah sendiri, katanya kalau berdiri aku mau turun. Aku gak mau ada di bis ini, aku mau turun.
“Khaira, khaira.” Tangan Pak Andika melambai-lambai ke arahku sambil memberi kode untuk duduk. Aku pun mendatanginya, kemudian Pak Andika yang tadinya duduk kemudian memberikan kursinya untukku. “Terimakasih banyak pak.” Kemudian aku duduk dan menempelkan dahiku ke bangku depan, aku hanya bisa menangis. Apakah segitunya mereka solid dan aku tidak bisa masuk ke celah manapun, sampai-sampai Pak Andika yang mungkin sekarang sudah jauh dengan ku di struktur Dramaturgiland, aku masih kadiv biasa dan dia? Tapi kenapa harus dia yang ada di saat aku butuh. Aku hanya heran dengan semua ini, di bagian depan ini hanya ada aku dan laki-laki lain, mereka yang aku anggap sahabat sedang tertawa-tertiwi di belakang, dan aku hanay tersisa di sini dengan Pak Andika.
“Pak Andika, Pak Faiz kemana ya?”
“Ohh kalau itu sih aku gak tau. Hehe.”
“Loh kalian gak pecah kongsi kan? Hehe”
“Enggak lah, Pak Faiz masih suka cerita kok sama aku. Tapi untuk yang pribadi aku gak tau lah dimana dia.”
“Loh emang dimana itu pribadi ya Pak, bapak ini hahahaa.”
Dan seterusnya kami berbicara banyak hal, mulai dari urusan kantor sampai pak faiz dan masih banyak lagi. Jadi begini keadaan sebenarnya, aku hanya bisa berbincang dengan Pak Andika, karena memang yang paling dekat hanya Pak Andika. Abimanyu aku mohon maafkan aku, aku begitu terlihat seperti orang yang tidak tahu terimakasih. Seharusnya aku ada di sana dan melihat kamu jadi moderator, bukan di sini yang gak jelas, dan aku hanya seperti buangan untuk mereka, tidak mungkin aku bergantung dengan Pak Andika selama di Bali. Kenapa harus Pak Andika yang menolong aku, aku butuh sahabat-sahabatku kemana mereka? Tertawa di belakang? Menertawakan aku?
****
“Pantaaaaaaiiiii!!!!!!!!!!!!!!!! Yeaaayyyy”
Ya biasa lah cewek-cewek histeris liat pantai dan segera ingin berfoto dengan indahnya. Aku mulai menikmati perjalanan ini. Aku tidak bisa lama-lama mendendam dengan keadaan yang ini. Kekecewaanku tidak akan membawaku kemana-mana hanya akan membawaku semakin mundur. Aku hanya ingin mereka tahu, kalau aku tetap setia mencintai mereka, walaupun kadang perlakuan seperti ini kerap kali terjadi, dan mereka-mereka yang asing seperti Abimanyu dan Pak Andika hadir menawarkan hal yang seharusnya sahabatku yang membawakannya. Abimanyu aku percaya di sana kamu pasti akan jadi moderator yang handal, aku di sini baik-baik saja, terimakasih untuk bantuannya itu sungguh sangat berharga. Mungkin di pantai ini aku akan membunuh kekecewaanku dan memulai pemikiran baru, mereka pasti tidak seburuk yang aku pikirkan, mereka adalah orang-orang yang baik, mungkin aku yang jahat sehingga aku mudah dilupakan.

My heart is sinking, As I'm lifting up, Above the clouds away from you, And I can't believe I'm leaving, Oh I don't kno-kno-know what I'm gonna do, But someday, I will find my way back, To where your name, Is written in the sand

“Kita tulis Dramatugiland yuk di pasir, terus nanti kita foto yaaaa.”
“Ayoooooooo setuju-setuju.”
“Yuk yuk yuk nulis, aku D nya yaaaaa.”
“Yaaah gak ada huruf B ya.”
“hahahahaha” sungguh bahagia bukan kalau bisa memaafkan?
“Bunga, yang sabar ya, aku terus hubungi divisi keuangan kok, biar uang kamu cepet terganti. Ya kamu yang sabar yaaa.”
“April makasih ya, maaf kemarin aku terlalu nekat.”

My soul is broken, Streets are frozen, I can't stop these feelings melting through, And I'd give away a thousand days, oh, Just to have another one with you

****
“kayaknya semenjak naik bis kemarin kita jadi langganan gitu deh naik bis umum.”
“hahahhaa iya ya.”
Tak terasa sekarang sudah perjalanan pulang, dan kami naik bis umum lagi di Jakarta, ya sekali-sekali, mungkin kami yang selalu naik mobil ber-ac, nyobain ac bis kenapa enggak?
“Bunga, itu mbak mutiara, kita sebis sama dia.”
“Ehhhh Mbak April, kita ketemu di sini yaaa.”
“Mbak Mutiara.” Aku hanya menyebut namanya berharap…………
“Mbak Bunga maaf kemarin itu hp aku eror jadinya banyak sms kehapus sendiri, ada kok mbak uangnya, nanti aku bikin cek nya di kantor yaaa, sekalian sama surat-surat pengeluarannya.”
Ya keindahan akan datang pada waktunya, tanpa menunggu lama kami dipertemukan di bis ini, dan saat sampai di Jakarta Mutiara menjelaskan semuanya, kenapa dia sampai bisa begitu di divisi keuangan. Aku sekarang mengerti, perasaanku saja yang terlalu berpikir negatif sehingga banyak menilai orang-orang itu tidak peduli. Mungkin aku yang salah, taka da salahnya aku yang mencoba memperbaiki diri. Mereka sebenarnya peduli mungkin aku yang kurang peduli dengan mereka.
****
“Pak Deni, ada apa pak telpon malam-malam begini?”
“Ini Bunga ada kabar baru, besok kita udah bisa promosi di kampus unpad.”
“Film KMI kah pak?”
“Iyaa mereka fol up tadi katanya maaf mendadak, Bunga tolong sampein ke divisi lain ya biar nanti saya ngondisiin yang lain.”
“Bapak makasih banyak ya pak, kabar ini sangat menggembirakan.”
“Sipp maaf ya Bunga saya nelpon jam segini.”
Sku harap besok baik-baik saja, dan tidak aka nada lagi luka di antgara kita. Aku harap hanya aka nada rindu dan ketulusan bukan cinta di atas penderitaan.


Cause I remember every sunset, I remember every word you said, We were never gonna say goodbye. Tell me how to get back to, Back to summer paradise with you, And I'll be there in a heartbeat


Terinspirasi dari 
Lagu Simple Plan "Summer Paradise" "Astronaut"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar